Rabu, 09 Oktober 2013

KEUTAMAAN ILMU


Sebuah hadits rosul menjelaskan bahwa segala sesuatu itu akan kita dapatkan dengan ilmu. Dan itu memang benar adanya.
من اراد الدنيا فعليه بالعلم فمن اراد الاخرة فعليه بالعلم فمن اراد هما فعليه بالعلم
Barang siapa menginginkan dunia maka dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka dengan ilmu dan siapa yang menginginkan keduanya maka juga dengan ilmu.
Allah Ta’ala telah mengajarkan sebuah doa dalam firmanNya:
”Wahai Rabb kami,berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat” (QS.Al-Baqarah : 201)
Al-Hasan rahimahullah (wafat th. 110 H) berkata, ”Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah, dan kebaikan akhirat adalah Syurga ”Sedangkan Ibnu Wahb (wafat th.197 H) rahimahullah berkata, ”Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata ”Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah syurga”
Perhatikanlah bagaimana para ulama memegang ilmu sebagai sumber kebaikan di dunia,yang dengannya dapat diraih pula kebaikan di akhirat berupa syurga.Karena itu, hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan terus menerus mengejar ilmu dengan mengikhlaskan niat karena Allah Ta’ala.Ilmu yang dimaksud adlah ilmu yang bermanfaat.
Imam Ibnu Rajab (wafat th.795 H) rahimahullah mengatakan bahwa ”Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal : Pertama,mengenal Allah Ta’ala dan segala           apa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskaan adanya pengagungan, rasa takut,cinta,harap,dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.
Kedua, mengetahui segala apa yang dibenci dan dicintai Allah Azza wa Jalla dan menjauhi apa yang dibenci dan dimurkai olehNya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin. Hal ini emengharuskan orang yang mengetahuinya untukbersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan kedua hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat.
Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap dalam hati maka sungguh, hati itu akan tunduk dan meras patuh pada Allah Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qanaah dan zuhud di dunia.”
Rasululah Salallahu Allaihi Wasallam mendoakan orang-orang yang mendengarkan sabda beliau dan memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah. Beliau bersabda :
”Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadist dari kami, lalu menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun dia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih pada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang tidak dapat dpungkiri hati seorang muslim selama-lamanya: melakukan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasehati ulul amri (penguasa) dan berpegang teguh pada jama’ah kaum muslimin,karena do’a mereka meliputi orang-orang yang berada dibelakang mereka.”Beliau bersabda,
”Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya,menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang tealah ditetapkan baginya.” (Hadist Shahih diriwayatkan oleh Ahmad (V/183),ad-Darimi(I/75),Ibnu Hibban (no 72,73-Mawarid),Ibnu’Abdil Barr dalam Jaami’Bayaanil’Ilmi wa Fadhlihi(I/175-176,no.184),lafazh hadist ini milik Imam Ahmad dari Abdurrahman bin Aban bin ’Utsman radhiyallahu’anhum)
Jadi, ayo semangat menuntut ilmu..!!
supaya bahagia dunia dan akhirat, InsyaAllah. Jangan lupa ikhlaskan niat pada Allah Subhanahu Wata’ala.
Israil bin Yunus (wafat th.160 H) rahimahullah mengatakan,
”Barangsiapa menuntut ilmu karena Allah Ta’ala, maka ia mulia dan bahagia di dunia. Dan barangsiapa menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ia merugi di dunia dan akhirat.”
Dan diantara doa yang Rasulullah ucapkan adalah : ”Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat,rizki yang halal, dan amal yang diterima.”
Saat ini, kami mendapatkan pelajaran menarik dari Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdilllah bin Baz rahimahullah. Beliau memberikan faedah menarik bahwa orang yang berilmu bukanlah hanya memperbanyak ilmu saja, tahu berbagai macam hukum atau berbagai macam fadhilah amal. Namun mereka juga adalah orang yang memperhatikan amalan dari ilmu yang telah mereka ketahui dan pahami. Jika mereka tahu bahwa shalat malam (shalat tahajud) itu adalah utama, mereka pun selalu menjaganya. Walaupun kita tahu bersama shalat tahajud hanyalah sunnah.
Perhatikan fatwa Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berikut ini.Si penanya menuturkan, “Sungguh banyak dari para penuntut ilmu saat ini yang mengetahui banyak hal tentang fadhilah amal, tahu pula ganjarannya. Di antara yang mereka tahu adalah keutamaan shalat malam. Namun sayangnya mereka tidak melakukannya. Mereka hanya sekedar berilmu, namun jauh dari amal.”
Syaikh rahimahullah lantas menjelaskan,
“Amalan yang  dijelaskan fadhilah (keutamaan) di dalamnya ada dua macam. Pertama adalah amalan wajib. Seorang muslim –baik dia itu orang yang berilmu atau bukan- wajib memperhatikan hal ini, dengan ia bertakwa kepada Allah untuk menjalankan yang wajib. Ia wajib menjaga shalat lima waktu, menunaikan zakat, dan menunaikan kewajiban lainnya. Kedua adalah amalan sunnah (mustahab). Contohnya adalah menunaikan shalat malam, shalat Dhuha, dan shalat sunnah lainnya. Seorang mukmin dituntut untuk bersemangat dalam melakukan amalan sunnah tersebut. Lebih-lebih lagi jika dia adalah orang yang berilmu. Orang yang berilmu adalah orang yang jadi teladan (qudwah). Seandainya ia sibuk atau meninggalkan amalan tadi di sebagian waktu, maka itu tidak mengapa karena amalan tadi hanyalah amalan sunnah. Namun sifat orang yang berilmu (yang ‘alim) dan yang istimewa adalah selalu memperhatikan dan menjaga amalan sunnah seperti shalat malam, shalat Dhuha, shalat rawatib dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.” [Majmu’ Fatawa wa Maqolat Mutanawwi’ah, juz ke-8][1]
Kalau kita perhatikan penuntut ilmu saat ini, ada sebagian di antara mereka yang malah bangun shubuh saja susah, ada yang seringkali ikut jama’ah kedua. Selain ibadah, akhlaknya pun terhadap ortu, terhadap tetangga, terhadap sesama, amat jelek. Ilmu sekedar tambah wawasan. Datang pengajian hanya sekedar tambah pesona. Wallahul musta’an.
Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
القُرْآنُحُجَّةٌلَكَأَوْعَلَيْكَ
Al Qur’an akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu.” (HR Muslim no 223). Dari sini menunjukkan bahwa apa yang kita ilmui bisa jadi bumerang bagi kita sendiri karena tidak kita amalkan. Lalu di akhirat kelak, kita akan ditanya di manakah ilmu tersebut kita amalkan. Dalam hadits Ibnu Mas’ud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَتَزُولُقَدَمَاابْنِآدَمَيَوْمَالْقِيَامَةِمِنْعِنْدِرَبِّهِحَتَّىيُسْأَلَعَنْخَمْسٍعَنْعُمْرِهِفِيمَاأَفْنَاهُوَعَنْشَبَابِهِفِيمَاأَبْلاَهُوَمَالِهِمِنْأَيْنَاكْتَسَبَهُوَفِيمَأَنْفَقَهُوَمَاذَاعَمِلَفِيمَاعَلِمَ

Kedua kaki anak Ibnu Adam tidaklah bergeser pada hari kiamat di sisi Rabbnya hingga ia ditanya lima perkara: [1] umurnya, di mana ia habiskan, [2] waktu mudahnya, di mana ia manfaatkan, [3, 4] hartanya, bagaimana ia memperolehnya dan di mana ia infakkan, [5] amalan dari ilmu yang ia ketahui.” (HR. Tirmidzi no. 2416, hasan kata Syaikh Al Albani)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

كُلُّعِلْمٍوَعَمَلٍلاَيَزِيْدُالإِيمَانَواليَقِيْنَقُوَّةًفَمَدْخُوْلٌ،وَكُلُّإِيمَانٍلاَيَبْعَثُعَلَىالْعَمَلِفَمَدْخُوْلٌ
Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng).”( Al Fawa’id, hal. 86)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam Fatawanya,

وَإِذَاأَصَرَّعَلَىتَرْكِمَاأُمِرَبِهِمِنْالسُّنَّةِوَفِعْلِمَانُهِيَعَنْهُفَقَدْيُعَاقَبُبِسَلْبِفِعْلِالْوَاجِبَاتِحَتَّىقَدْيَصِيرُفَاسِقًاأَوْدَاعِيًاإلَىبِدْعَةٍ

Seseorang jika terus meninggalkan sunah yang diperintahkan dan melakukan perkara yang terlarang maka bisa jadi dia dihukum (oleh Allah) dengan meninggalkan hal-hal yang wajib, hingga akhirnya bisa jadi ia menjadi orang fasik atau orang yang menyeru kepada bid’ah.” (Majmu’ Al-Fatawa, 22/306)

Pernah ada seseorang yang bertanya (masalah agama) kepada Abu Ad-Darda’, maka Abu Ad-Darda’ berkata kepadanya: “Apakah semua masalah agama yang kau tanyakan kau amalkan?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Maka Abu Ad-Darda’ menimpalinya: “Apa yang engkau lakukan dengan menambah hujjah yang akan menjadi bumerang bagimu?” (Al-Muwaafaqaat 1/82 sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abdil-Bar dalam Al-Jami’ no 1232).[2]

DALIL TENTANG PENTINGNYA ILMU
A.QS. Al-Mujadalah, 58 : 11.
يَاَيُّهاَالَّذِيْنَأَمَنُوْاإِذَاقِيْلَلَكُمْتَفَسَّخُوْافِيْالْمَجَالِسِفَافْسَخُوْايَفْسَخِاللهُلَكُمْ،وَإِذَاقِيْلَانْشُزُوافَانْشُزُوايَرْفَعِاللهُالَّذِيْنَأَمَنُوْامِنْكُمْ،وَالَّذِيْنَأُتُواالْعِلْمَدَرَجَاتٍ،وَاللهُبِمَاتَعءمَلُوْنَخَبِيْرٌ(المجادله:١١)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan keoadamu:”berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah, 58:11)

مَنْسَلَكَطَرِيقًايَلْتَمِسُفِيهِعِلْمًاسَهَّلَاللَّهُلَهُطَرِيقًاإِلَىالْجَنَّةِوَإِنَّالْمَلَائِكَةَلَتَضَعُأَجْنِحَتَهَارِضًالِطَالِبِالْعِلْمِوَإِنَّطَالِبَالْعِلْمِيَسْتَغْفِرُلَهُمَنْفِيالسَّمَاءِوَالْأَرْضِحَتَّىالْحِيتَانِفِيالْمَاءِ, وَإِنَّفَضْلَالْعَالِمِعَلَىالْعَابِدِكَفَضْلِالْقَمَرِعَلَىسَائِرِالْكَوَاكِبِ, إِنَّالْعُلَمَاءَهُمْوَرَثَةُالْأَنْبِيَاءِإِنَّالْأَنْبِيَاءَلَمْيُوَرِّثُوادِينَارًاوَلَادِرْهَمًاإِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَفَمَنْأَخَذَهُأَخَذَبِحَظٍّوَافِرٍ (ابنماجه:219).

"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju jannah. Dan sesungguhnya para Malaikat akan menaungkan sayap-sayapnya karena ridho terhadap pencari ilmu. Sesungguhnya pencari ilmu akan dimintakan ampun oleh siapa saja yang berada di langit dan di bumi sampai ikan yang di laut (memintakan ampun untuknya). Sesungguhnya keutamaan orang 'alim dibanding dengan ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama dibanding seluruh bintang gemintan. Sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya sesungguhnya ia telah mengambil bagian yang besar (Ibnu Majah:219, dishohihkan Ibnu Mâjah).

مَنْجَاءَمَسْجِدِيهَذَالَمْيَأْتِهِإِلَّالِخَيْرٍيَتَعَلَّمُهُأَوْيُعَلِّمُهُفَهُوَبِمَنْزِلَةِالْمُجَاهِدِفِيسَبِيلِاللَّهِوَمَنْجَاءَلِغَيْرِذَلِكَفَهُوَبِمَنْزِلَةِالرَّجُلِيَنْظُرُإِلَىمَتَاعِغَيْرِهِ

(ابنماجه:223).

"Barang siapa yang datang ke masjidku ini, ia tidak mendatanginya kecuali untuk kebaikan, baik belajar atau mengajarkan ilmu maka ia berada pada kedudukan seorang mujahid di jalan Alloh, dan barang siapa yang bertujuan selain itu maka ia seperti seorang lelaki yang melihat-lihat dagangan orang lain (tidak mendapatkan faedah apa-apa). (Ibnu Majah dengan sanad hasan dan dishohihkan Ibnu Hibbân).
Sekian dari saya, akhirul kalam wasalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar