Kamis, 12 September 2013

Manajemen

BAB I
Studi Manajemen

Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana mereka melakukannyadan mengukur efektifitas dari usaha-usaha mereka. Selanjutnya perlu menetapkan dan memelihara pula suatu kondisi lingkungan yang yang memberikan response ekonomis, psikologis, social, politis dan sumbangan-sumbangan teknis serta pengendaliannya.
Manajemen merupakan sebuah kegiatan, pelaksanaannya disebut  managing dan orang yang melakukannya disebut manager.Individu yang menjadi manajer menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat “managerial” . Yang penting diantaranya ialah menghentikan kecendrungan untuk melaksanakan  segala sesuatunya seorang diri saja. Tugas-tugas oprasional dilaksanakan melalui upaya-upaya kelompok anggotanya. Pokoknya, tugas-tugas seorang manajer ialah memanfaatkan usaha-usaha kelompok secara efektif.
Hubungan manajemen dengan suatu kelompok merupakan arah pandangan yang akan dibahas di Bab awal paper ini. Memang betul, seseorang mengurus persoalan pribadinya sendiri, tetapi ihwal yang penting dalam di dalam manajemen ialah pengurusan sesuatu oleh sebuah kelompok. Usaha-usaha secara kooperatif merupakan kata-kata yang berlaku dimasa kini. Sumber-sumber bahan baku yang luas dan kemampuan teknis merupakan hal-hal yang langka, kecuali kemampuan manajerial untuk memakai sumber-sumber dan keahlian tersebut melalui kelompok yang yang terorganisir, digalakan dan dikembangkan. Selanjutnya, berhubungan dengan terbatasnya kemampuan pribadi individu, dirasakan perlu untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan secara bersama (kelompok).
Manajemen mepunyai tujuan-tujuan tertentu dan bersifat tak berwujud (intangible). Usahanya ialah mencapai hasil-hasil yang spesifik, biasanya dinyatakan dalam bentuk sasaran-sasaran. Upaya dari kelompok menunjang pencapaian tujuan yang spesifik itu. Manajemen dapat dinyatakan sebagai tidak berwujud (intangible), karena tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan hasilnya, yakni output pekerjaan yang cukup, ada kepuasan pribadi.
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni. Ada wadah pengetahuan tentang manajemen yang terorganisir, ada ilmu penngetahuan yang menjelaskan bahwa manajemen dapat dibuktikan kebenarannya secara umum. Hubungan kausal antara variabel manajemen telah dapat ditentukan dan dinyatakan secara umum, tetapi hal yang bersifat umum itu masih dapat diteliti lagi melalui riset dan modifikasi dengan pengetahuan yang lebih maju. Semua ilmu bersifat dinamis, ada bidang-bidang yang lebih maju dari yang lain. Jika tidak demikian, maka kita tidak akan memiliki pengetahuan yang lebih akumulatif pada hari ini dibandingkan dengan pengetahuan orang-orang memsir kuno atau masyarakat kerajaan romawi dulu.
Seni merupakan pengetahuan untuk mencapai hasil yang diinginkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kemahiran timbul melalui pengalaman, pengamatan dan studi serta kewajiban untuk menerapkan pengetahuan manajemen sebagaimana mestinya. Seni manajemen menuntut suatu kreativitas yang didasarkan pada kondisi pemahaman ilmu manajemen. Dengan demikian, ilmu dan seni manajemen saling isi mengisi. JIka salah satu meningkat, maka yang lain harus meningkat pula, diperlukan suatu keseimbangan diantara kedua aspek tersebut. Manajemen sudah sama tuanya dengan peradaban manusia. Leluhur orang –orang Yunani dan Kerajaan Romawi memberikan bukti-bukti secukupnya bahwa manajemen sudah dilaksanakan dilingkungan pemerintahan (dibuktikan dengan data historis) yakni dikesatuan angkatan darat dan badan-badan peradilan. Di dalam decade pertama abad ke 19, manajemen sudah mulai maju dengan meningkatkan cara berproduksi. Pemberian insentif, penetapan biaya dan pengukuran hasil kerja mulai diberlakukan. Sepanjang abad ke 19 dan memasuki abad ke 20 semakin banyak, mahasiswa, industrialis, penjabat-penjabat pemerintah mulai tertarik pada manajemen.
Perhatian mulai dibarikan kepada masalah-masalah organisasi, penggunaan waktu secara efektif dan pengendalian anggaran. Usaha-usaha penting diarahkan untuk mengembangkan teori-teori manajemen dan membentuk kerangka-kerangka kerja  untuk paham manajemen dimasa mendatang. Sekitar tahun 1930, dikembangkan pemikiran bahwa manusia merupakan unsure terpenting dalam manajemen dan mengakibatkan banyak orang mempelajari pengetahuan tentang tingkah laku manusia. Beberapa decade kemudian, tersedia mesin-mesin computer  yang semakin menekankan pemakaian metode analisa kuantitatif didalam manajemen. Aplikasi matematis dan statistic member pendekatan baru kepada manajemen. Akhir-akhir ini terjadi beberapa pendekatan baru  seperti konsentrasi pada pengambilan keputusan dan pada system-sistem serta member arah baru kepada paham manajemen.
Berbagai pengembangan menimbulkan beberapa pendekatan utama terhadap manajemen. Sering juga disebut sebagai teori-teori manajemen atau “kelompok paham manajemen”, beberapa diantaranya telah menjadi pioneer untuk bidang-bidang yang  baru sekali, sedangkan beberapa lainnya merupakan modifikasi atau fusi dari dari konsep-konsep manajemen terdahulu. Suatu subyek sevital ,manajemen mencakup masalah yang berpengaruh terhadap manusia, nilai-nilai keinginan dan teknologi. Sehingga menarik perhatian mahasiswa dan para pelaksan manajemen di berbagai bidang seperti ekonomi, psikologi, sosiologi, ilmu politik dan matematika.











BAB II
Sasaran Manajemen

Sasaran (goal) merupakan kepentingan tertinggi dalam manajemen, karna dapat memberikan tujuan tujuan dan arah yang akan ditempuh, sehingga manajemen dapat memberikan sesuatu yang benar-benar berarti. Sasaran tersebut harus harus ditetapkan dan diberitahukan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai ukuran dari sukses atau kegagalan.
Target-target dan tujuan sering digunakan silih berganti sebagai penganti kata sasaran. Ada yang berpendapat bahwa kata target berkonotasi dengan ukuran kuantitatif, tetapi definisi tersebut tidak bersifat universal.
Sasaran yang diketahui secara umum dan ditetapkan dengan baik diakui oleh sebagian besar manajer sebagai pemilik kemampuan motifasi didalam dan pada mereka sendiri. Sasarantersebut melahirkan kegiatan, mengarahkan usaha-usaha managemen secara efektif dan mengakhiri penghamburan energy untuk tugas-tugas yang tidak produktif dan pertentangan-pertentangan pribadi. Menetapkan dan mengumumkan sasaran yang hendak dicapai merupakan sebuah tantangan yang besar. Semua pihak harus mengetahui tujuannya dan seluruh anggota manajemen harus bekerja sama menuju sasaran tersebut. Hal tersebut memang harus dilakukan demikian, tetapi sering kali sasaran tersebut dinyatakan agak samar-samar, sehingga diabaikan oleh manager yang kemudian tersesat di dalam problema. Jika sasaran-sasaran tersebut tidak dinyatakan dengan tepat, maka faktor kesempatan (yang bukan pengarahan dari manajemen) yang menetapkan arah tujuan dari kegiatan tersebut.
Sasaran harus dapat dicapai. Manajemen boleh mengajukan pertanyaan, “apakah individu atau elompak kerja betul-betul mampu untuk mencapai tujuannya ? apakah yang akan timbul didalam industry ? apakah perlu mengambil langkah-langkah yang lambat asal selamat saja, berarti tidak mendorong pegawai-pegawai untuk mencapai hasil yang lebih besar”. Sebaliknya jika sasaran bersifat terlalu optimistic untuk dicapai, maka tidak dapat dijadikan tantangan, karena para pegawai tidak percaya akan dapat mencapainya. Konsensusnya ialah bahwa sasaran harus praktis dan dapat tercapai, tetapi membutuhkan jangkauan.
Sasaran harus memiliki arti yang tepat bagi manager. Jika sasaran-sasaran dinyatakan dengan kata-kata yang samar seperti “untuk membentuk warga perusahaan yang konstruktif” atau “mendapatkan keuntungan” sesungguhnya membingungkan sekali. Manajer perlu mengetahui ada berapa pegawai dengan sifat yang bagaimana dan dalam waktu berapa lama. Hanya sasaran-sasaran yang spesifik yang menunjukan sasaran pasti yang ingin dicapai dapat dapat member manajer suatu dasar yang efektif untuk melakukan tindakan. Jika sasarannya bersifat spesifik, maka akan lebih mudah menentukan sumber kegiatan yang perlu dipakai, resiko-resiko yang perlu diperhitungkan, kemungkinan mencapai sukses dan hal-hal yang perlu dikerjakan.
Kami memasukan lampiran dari buku Konosuke Matsuhita dalam bukunya Nor for Bread Alone halaman 23, 36-37, 86. Pada bulan Juli 1933 Konosuke Matsuhita memberi beberapa prinsip berikut ini yang menjadi pedoman kegiatan sehari-hari dan menjadi pendorong bagi setiap orang dalam perusahaannya :
Semangat pelayanan melalui industry (yang dijalankan perusahaan itu).
Semangat Fairness
Semangat harmoni dan kerjasama
Semangat kerja keras untuk maju
 Semangat hormat dan rendah hati
Semangat mengikuti hokum alam
Semangat bersyukur.

Selain prinsip-prinsip tersebut Matsuhita percaya bahwa “setiap perusahaan, betapapun kecilnya, harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas selain mengejar keuntungan. Tujuan-tujuan itulah yang membenarkan keberadaannya ditengah kita. Bagi saya tujuan-tujuan seperti itumerupakan suatu panggilan, suatu misi secular bagi dunia ini. Kalau pejabat eksekutif utama telah memiliki misi ini, ia dapat memberikan para pegawainya apa yang ingin dicapai oleh perusahaan itu, dan menjelaskan hakikat serta cita-citanya. Jika para pegawainya memahami bahwa mereka tidak hanya bekerja untuk sesuap nasi, mereka akan dimotivasi untuk bekerja keras secara bersama demi mewujudkan tujuan bersama tadi. Dalam proses tersebut merekan akan belajar lebih dari yang mereka peroleh kalau tujuan mereka hanya dibatasi pada skala upah saja. Mereka akan mulai tumbuh sebagai manusia, sebagai warga Negara, dan sebagai orang bisnis.”
Bagi Matsuhita, prinsip yang juga perlu dipegang adalah bahwa entah Anda berhubungan dengan industry khusus tertentu, sebuah komunitas atau sebuah bangsa, hal yang paling penting untuk diingat adalah memperhatikan kebaikan semua pihak secara keseluruhan. Pada akhirnya, kepentinganmu sendiri paling bias dijamin kalau kepentingan semua orang terlayani.
Banyak orang berpendapat bahwa laba merupakan sasaran dari sebuah badan usaha, hal tersebut sebenarnya bersifat kontroversional. Banyak juga badan usaha yang tidak menempatkan laba sebagai sasaran (misalnya organisasi masjid atau keagamaan lainnya, organisasi sekolah, dan badan-badan usaha yang berorientasi pada pelayanan sosial    dan kesejahteraan umat).
Jika ada faktor laba yang ditetapkan sebagai sasaran, maka laba tersebut akan didapat dengan cara yang tidak langsung, yakni setelah sasaran-sasaran lain tercapai. Laba merupakan mata rantai terakhir dari suatu rantai kegiatan yang panjang, ia merupakan pruduk sampingan dari kegiatan usaha langsung lainnya. Seorang manajer tidak dapat langsung keluar dari penunjang atau sasaran untuk menghasilkannya. Arti penting yang diberikan kepada sasaran-sasaran yang dalam manajemen telah member arah baru kepada praktek-praktek manajemen yang didasarkan kepada sasaran yang ingin dicapai (Managemen by Objective).
Didalam konsepsi tersebut ditetapkan bahwa setiap manajer dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya dan diharapka dapat dicapai dalam suatu waktu tertentu. Ia bertanggungjawab sepenuhnya dan hasilnya dievaluasi berdasarkan sukses yang diraihnya. Sasaran-sasaran ditetapka oleh manajer yang langsung bertangung jawab terhadap pekerjaan menurut skala prioritasnya. Berbagasasaran dari semua manajer dihimpun dan diajukan kepada pimpinan perusahaaan yang mungkin akan mengadakan modifikasi disesuaikan dengan sasaran umum perusahaan. Sasaran-sasaran yang disetujui dikembalikan kepada manajer yang bersangkutan untuk dilaksanakan. 
  

BAB III
Forecast, Asumsi, Strategi dan Planning

    Forecasting merupakan usaha untuk meramal melalui studi dan analisa terhadap data yang tersedia, potensi oprasional dan kondisi-kondisi dimasa yang akan datang. Forecasting juga merupakan cara untuk mengetahui labih dahulu situasi dari lingkungan social dimasa yang akan datang dimana erusahaan akan melakukan kegiatannya. Walaupun seluruh forecast tidak luput dari kesalahan dan harus percaya pada pekiraan-perkiraan saja, forecasting merupakan prasyarat yang penting untuk perencanaan manajemen. Untuk mengurangi kesalahan, para manajer harus memeriksa dengan teliti seluruh asumsi yang menunjang forecast mereka. Dengan demikian perlu dimaklumi bahwa forecast tidak dapat dibuat secara sempurna.
    Keahlian membuat forecasting bias dapat melalui : (a) pemakaian tatacara yang tertib dalam penelitian data yang digunakan untuk membuat perkiraan-perkiraan, (b) mencatat pandangan dan partisipasi para manajer utama didalam pembuatan forecasting, (c) pengecekan periodik terhadap hasil yang sebenarnya dibandingkan dengan forecast yang bersangkutan dan mencatat alasan-alasan dari penyimpangan-penyimpangan pokok dan (d) penyempurnaan forecasting didasarkan pada pengalaman .
Gambar 1 memperlihatkan sarana untuk forecast sales dari sebuah perusahaan. Perhatikan bahwa data yang datang dari berbagai sumber dikumpulkan dan dihimpun kedalam perkiraan perusahaan.

Untuk merumuskan rencana yang sesungguhnya, seorang manajer menggunakan asumsi dan unsure-unsur yang bersifat terbatas. Dengan itu, ia berusaha untuk mengurangi ketidak pastian yang terdapat didalam masa depan dan sekaligus membentuk landasan untuk perencanaan. Asumsi menunjukan latar belakang dari perkiraan kejadian yang berpengaruh kepada planning dan diharapkan akan terjadi. Asumsi seperti itu harus dibuat, jika tidak maka planning tidak tidak mungkin tersusun. Misalnya, seseorang tidak dapat membuat sebuah master planuntuk perusahaannya apabila ia tidak membuat asumsi dari pasar-pasar dimasa yang akan datang, harga-harga, pajak dan pertambahan penduduk.
Selain daripada itu, keterbatasan atau batas-batas yang memagari usaha-usaha planning membawa pengaruh kepada pekerjaan dari pembuat rencana tersebut. Untuk lebih jelasnya, sumber informasi dasar yang tersedia bagi manager, falsafah dan kondisi-kondisi serta batas-batas yang berhubungan dengan usaha manajer dalam membuat perencanaan. Keterbatasan akan membatasi perencanaan dalam areal yang dianggap cocok oleh planner yang bersangkutan.
Baik asumsi maupun keterbatasan membentuk “pagar” mengelilingi tempat pembuatan perencanaan, tetapi keterbatasan mempengaruhi jalan pikiran planner dan menyediakan dasar untuk membuat perencanaan, dibandingkan dengan asumsi. Perhatikan bahwaasumsi dan keterbatasan tidak menghasilkan rencana yang spesifik. Kedua unsure tersebut hanya merupakan sarana untuk menentukan dan memasuki lingkungan dari masa yang aka datang. Perhatikan juga bahwa seluruh perencanaan yang didasarkan pada asumsi hanya didasarkan pada ramalan. Walaupun demikian, beberapa asumsi hanya mencakup sedikit ketidakpastiannya.
Jika asumsi-asumsi juga memiliki unsure ketidakpastian setinggi itu, ada orang-orang yang berpendapat bahwa planning merupakan suatu permainan tebak-tebakan saja. Ramalan-ramalan digunakan untuk membuat asumsi, bukan membuat rencana. Planning memiliki konotasi yang lebih luas dan digunakan untuk berbagai tujuan. Dengan planning kita dapat membedakan elemen-elemen yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat kita kendalikan.
Didalam sebuah perusahaan dapat dibuat perencanaan dengan berbagai asumsi, tetapi harus mempunyai korelasi agar dapat diintegrasikan kedalam rencana induk perusahaan. Selanjutnya, dan disesuaikan dengan kondisi waktu yang nyata. Rencana-rencana yang dibuat oleh berbagai sub unit perusahaan tidak dapat lepas dari rencana induk yang mencakup seluruh sub rencana. Untuk dapat membuat suatu rencana yang cukup berbobot, maka manajer yang bersangkutan harus memiliki ionformasi yang bersangkutan dengan :
Lingkungan, yakni data tentang ekonomi, politik dan faktor-faktor social yang berpengaruh terhadap iklim oprasional dari perusahaan yang bersangkutan.
Persaingan, yakni informasi tentang (a) industri dan (b) sasaran-sasaran yang telah dicapai oleh anggota-anggota perusahaan didalam industri tersebut.
Perusahaan yang bersangkutan, yakni identifikasi tentang kekuatan perusahaan, kelemahan, sifat-sifat, pencapaian tujuan dan ambisi-ambisi.

Tidak semua informasi tersebut akan member manfaat. Pebuat rencana harus memiliki informasi-informasi yang relevan dengan tugasnya. Informasi yang berlebih atau kurang dapat menghambat perencanaan. Ia harus menjaga supaya tidak tergesa-gesa membuat asumsi jika tidak terdapat cukup fakta tentang suatu kegiatan tertentu, terutama jika sebaliknya terbukti bahwa data yang dibutuhkan itu ada.
 Fakta-fakta membantu menetapkan asumsi dan perumusan rencana. Smpai pada suatu tingkatan tertentu, fakta-fakta membantu membentuk batas-batas perencanaan. Tetapi harus diingat pula bahwa intuisi, penilaian dan pembuatan terkaan merupakan unsur-unsur yang penting bagi sebagian besar rencana-rencana. Manajer yang bersangkutan bukan semata-mata mencari fakta kemudian merangkumnya menjadi bingkisan rencana yang baik.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      





BAB IV
Menyusun Staf Organisasi

    Di dalam menyusun sebuah organisasi, perlu sekali menggunakan pembagian tugas yang sebaik-baiknya dan member wewenang-wewenang yang tepat; namun demikian yang lebih penting lagi ialah akan menempatkan orang secara tepatpula ditempat-tempat tugas manajerial. Mutu para manajer menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Pencapaian tujuan organisasi mungkin saja sudah berhasil, namun masih tetap terbuka kese,mpatan untuk menyempurnakan unit-unit organisasi dan hubungan hubungan wewenang yang telah ada. Walaupun demikian, apabila para manajer kurang cakapmemimpin organisasi tersebut,maka sudah dapat dipastikan bahwa hasilnyapun kurang baik. Oleh karna itu, perlu sekali diperhatikan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan dengan suatu keahlian. Pengisian posisi-posisi manajerial dikatakan oleh beberpa kelompok paham manajemen sebagai “staffing” yang menganggapnya sebagai suatu fungsi lain dari manajemen.  Menurut sudut pasdang mereka , staffing merupakan kegiatan merekrut, memilih, mempromosikan, memindahkan dan pengunduran diri dari para anggota manajemen.Pendekatan tersebut mengemukakan hal yang penting dalam mengisi tugas-tugas manajerial dengan orang-orang yang tepat.

    Di dalam pembahasan ini, kegiatan menyusun staf organisasi (mengisi formasi) dimasukan kedalam pengorganisasian. Kegiatan tersebut mencakup: (a) konsepsi pengorganisasian untuk menilai orang-orang yang diorganisir dan (b) kebutuhan dan pengisian penjabat manajerial dibuat menurut bentuk organisasinya dengan segala permasalahan, keunikan dan tujuannya. Apakah kegiatan staffing  diberi status manajerial tersendiri atau tidak, hal tersebut merupakan suatu keputusan akademik. Memang betul, tugas-tugas untuk mempertahankan personalia organisasi merupakan sesuatu yang vital dan harus diperhatikan serta dipelajari dalam manajemen.

    Tanggung jawab untuk menyusun staf (staffing) dari suatu organisasi terletak pada semua manajer dari setiap tingkatan.Biasanya, bagian kepegawaian akan member bantuan teknis dan menunjang keinginan serta wewenang manajer yang mempunyai tugas-tugas tertentu. Pada umumnya, bagian kepegawaian membatasi kegiatannya hanya pada penyaringan dan menyelenggarakan seleksi pelamar yang memenuhi syarat.

Daftar Pustaka

George R. Terry, Guide to Management, PT Bumi Aksara
DR. A. Sonny Keraf, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, Pustaka Filsafat
Konosuke Matsuhita, Nor for Bread Alone

Adab Bercanda



Oleh: Muhammad Bagaskara Pratama

Pendahuluan
(Pengrtian dan hukumnya)
Bercanda merupakan salah satu hobi semua kalangan, baik itu anak-anak maupun orang tua, laki-laki atau perempuan, penarik becak atau kuli batu, terlebih lagi para generasi muda.
Karena begitu tersebarnya kegemaran dan hobi canda ini di masyarakat Indonesia Raya, sampai-sampai dijadikan profesi oleh sebagian orang. Nah, munculah di sana grup-grup lawak dan banyolan, ludruk, kelompok musik humor, pantomin, film-film humor, promosi dan media massa yang dihiasi dengan humor. Bukan cuma lewat media audio-visual, bahkan juga lewat karya tulis, dan buku-buku. Lebih ironisnya lagi kegemaran bercanda ini digunakan oleh sebagian kiai dan ustadz untuk menarik massa, pemanis retorika dalam berceramah dan berkhutbah sehingga menjadi ciri khas bagi dirinya.
Saudaraku seiman, berbeda dengan sabar yang tidak ada batasnya, maka bercanda ada batasnya. Tidak bisa dipungkiri, di saat-saat tertentu kita memang membutuhkan suasana rileks dan capek sehabis bekerja. Hal ini tidak dilarang selama tidak berlebihan.
Al - qur’an dan Hadits

Allah ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً (الأحزاب : 21)

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah ta’ala”.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sosok terbaik dalam menerapkan perintah dan tuntunan Allah Ta’ala. Sekalipun beliau pernah bercanda, namun canda bukanlah kebiasaan rutinnya, apalagi jadi profesinya. Silahkan dengarkan sahabat Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu bertutur dalam menggambarkan pribadi dan akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
كان طويل الصمت قليل الضحك
“Beliau banyak diam dan sedikit tertawa”


عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه قال: قالوا : يا رسول الله إنك تداعبنا؟ . قال : نعم غير أني لا أقول إلا حقا
Dari Abu Hurarah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: mereka (para shahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami ?, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Benar, hanya saja aku tidak pernah berucap kecuali kebenaran”
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan:
ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم ضاحكا حتى أرى منه لهواته إنما كان يتبسم

Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat lidahnya, akan tetapi beliau hanya tersenyum.

Adapun beberapa gurauan dari Rasulullah SAW. yang ada di hadits sebagai berikut :
~Seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW, dan dia meminta agar Rasulullah SAW membantunya mencari unta untuk memindahkan barangnya. Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana”.

Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul Beban yang berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barang ku ini?”

Rasulullah menjawab, “Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta” Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi. Sanad sahih)

~Seorang perempuan tua bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua”.

Perempuan itu menangis mengingat nasibnya, Kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi’ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan)

~Seorang sahabat bernama Zahir, dia agak lemah daya pikirannya. Namun Rasulullah mencintainya, begitu juga Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir. Sehingga, kata Rasulullah, “Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya”.

Suatu hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan erat. Zahir: “Heii……siapa ini?? lepaskan aku!!!”, Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya Rasulullah.

Zahir-pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih mengeratkan pelukan Rasulullah. Rasulullah berkata: “Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini??” Zahir: “Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka” Rasulullah: “Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir.

Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?” Zahir pun makin mengeratkan tubuhnya dan merasa damai di pelukan Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad dari Anas ra)

~Suatu ketika, Rasulullah SAW dan para sahabat ra sedang ifthor. Hidangan pembuka puasa dengan kurma dan air putih. Dalam suasana hangat itu, Ali bin Abi Tholib ra timbul isengnya. Ali ra mengumpulkan kulit kurma-nya dan diletakkan di tempat kulit kurma Rasulullah saw.

Kemudian Ali ra dengan tersipu-sipu mengatakan kalau Rasulullah SAW sepertinya sangat lapar dengan adanya kulit kurma yang lebih banyak. Rasulullah SAW yang sudah mengetahui keisengan Ali ra segera “membalas” Ali ra dengan mengatakan kalau yang lebih lapar sebenarnya siapa? (antara Rasulullah saw dan Ali ra). Sedangkan tumpukan kurma milik Ali ra sendiri tak bersisa. (HR. Bukhori, dhoif)

~Aisyah RA berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!”

Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari.

Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan:”Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.”-suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau.

Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.” Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.”

Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?” Beliau berkata, “Marilah kita mulai.” Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, ” Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abi Dawud)

Dari hadits ini dapat kita lihat bahwa Rasulullah tidak pernah berdusta walaupun dalam keadaan bercanda dan beliaulah orang yang paling lembut hatinya.


Pendapat Ulama dan Urgensi
Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitabnya bertajuk   Mausuu'atul Aadaab al-Islamiyah, mengungkapkan ada delapan adab yang harus diperhatikan seorang Muslim ketika bercanda bersama teman atau keluarganya
1. Hendaknya seseorang bercanda dengan niat untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu.'' tutur Syekh as-Sayyid Nada. Menurutnya, seluruh amal itu tergantung pada niatnya. ''Untuk itu, hendaknya setiap Muslim menghadirkan niat yang benar dalam setiap ucapan dan perbuatannya.
2. Tak berlebih-lebihan dalam bercanda.  Menurut Syekh as-Sayyid Nada,  seorang Muslim tak boleh bercanda hingga melampaui batas. Bercanda semacam itu dilatarbelakangi oleh niat yang tak benar. Bercanda hingga melampaui batas, tutur dia, akan menjatuhkan martabatnya dalam pandangan manusia.
3. Janganlah bercanda jangan mengandung asma Allah, ayat-ayat-Nya, sunnah rasul-Nya apalagi dengan maksud melecehkan Syariat Islam. Allah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olok sahabat Nabi dan ahli baca al-Qur'an yang artinya: "dan jangan kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab,"sesungguh nya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." katakanlah," apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (At- taubah 65-66)

4. Janganlah mengandung dusta maupun mengada-ada. Rasulullah SAW bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dangannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah." (HR.Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-albani)

5. Tidak bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.

6. Tidak bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika memberikan persaksian dan lain sebagainya.

7. Hindari bercanda yang dilarang Allah Azza Wa Jalla seperti menakut-nakuti orang lain, berdusta saat bercanda, melecehkan orang lain, dan memfitnah dengan bercanda.

8. Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’: 53)




Kesimpulan
Bercanda memang mengasyikan, tapi sebagaimana kita tahu Islam merupakan agama yang sangat kompleks sampai dalam hal bercandapun ada aturannya dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat muslim untuk mematuhinya. Bercanda tidak dilarang dalam islam karna sebagaimana kita tahu Rasulpun pernah bercanda semasa hidupnya, tapi tentusaja dengan batasan- batasan yang telah kita bahas sebelumnya.
Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika Asyhadu Allah ilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu ilaik.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..